Thursday, May 14, 2009

Alat Penanganan Kebakaran

KLASIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN

Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Bahaya kebakaran ringan
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.
2. Bahaya kebakaran sedang
Bahaya kebakaran tingkat ini dibagi lagi menjadi dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Kelompok I
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.
b. Kelompok II
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.

c. Kelompok III
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi dan menjalarnya api cepat.
3. Bahaya kebakaran berat
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.

Alat-Alat Pencegah / Penanganan Risiko Kebakaran

Detektor Kebakaran Otomatis

Salah satu faktor penting untuk mencegah kebakaran adalah ketepatan dan kecepatan dalam mendeteksi terjadinya kebakaran. Detektor Kebakaran Otomatis ini memberikan perlindungan dengan cara mendeteksi adanya kebakaran maupun asap pada saat pertama kali terjadi. Dengan menggunakan alat ini maka kita dapat mengaktifkan alarm kebakaran maupun sistem pemadam kebakaran secara otomatis.
Jenis detektor kebakaran ini terbagi menjadi 4 macam, yaitu:

1. Detektor Panas (heat detector)
Cara kerja dari jenis detektor ini adalah dengan mendeteksi adanya perubahan atau kenaikan temperatur yang tidak normal dalam suatu ruangan. Jenis ini pada dasarnya dibagi lagi menjadi 3 macam, yaitu:

o Fixed-temperature heat detector, bekerja pada temperatur yang telah di-set sebelumnya.
o Rate-of-rise detector (ROR detector), bekerja jika terjadi kenaikan temperature diluar level yang diijinkan (± 5-10 Kelvin /menit)
o Rate-compensation detector, bekerja bila temperatur udara disekitar detektor tersebut naik melebihi level yang diijinkan.
Sebagai pedoman, detektor ini dapat digunakan pada suatu ruangan dengan ketinggian mencapai 7.5 m dan mencakup luas area sebesar 30 m2.
2. Detektor Asap (smoke detector)
Secara umum jenis detektor ini dibagi menjadi 3 macam yaitu ionization smoke detector, photoelectric smoke detector, dan air-sampling smoke detector. Perbedaan dari ketiga jenis smoke detector tersebut hanyalah pada metode deteksinya.
Sebagai pedoman, detektor ini dapat digunakan pada suatu ruangan dengan ketinggian 12 m dan dapat mencakup area seluas 80 - 100 m2 (Ref. National Fire Code, USA).

3. Detektor Api (flame detector)
Jenis detektor ini bekerja dengan mendeteksi adanya sinar dari nyala api yang berupa gelombang sinar infra merah (IR detector) atu ultraviolet (UV detector). Detektor ini dapat digunakan pada suatu ruangan dengan ketinggian mencapai 20 m. Seringkali detektor ini digunakan sebagai alat untuk mengaktifkan peralatan pemadam khusus (mis. total flooding system), untuk menutup fire damper ataupun untuk menghentikan conveyor/fan.

4. Detektor Gas (fire gas detector)
Cara kerja dari jenis detektor ini adalah dengan cara merespon adanya asap yang berasal dari benda yang terbakar. Detektor ini akan aktif bila dipicu dengan adanya kenaikan temperatur pada elemen semikonduktor yang ada didalam detektor tersebut.


Alarm Kebakaran Manual

Selain jenis detektor otomatis seperti yang telah disebutkan di atas, ada juga alarm kebakaran manual yang biasanya dipasang di gedung, baik perkantoran, apartemen, pabrik maupun gudang. Untuk jenis ini sebaiknya dipasang di lokasi dimana terdapat karyawan atau penghuni untuk menekan alarm. Alarm dapat berupa break-glass alarm, push button, ataupun emergency phone. Penempatan alarm ini tidak boleh terhalang oleh tumpukan barang dan mudah dijangkau. Untuk setiap lantai paling tidak ada 1 alarm dan jarak antara alarm tersebut tidak lebih dari 60 m.
Sama halnya dengan sistem deteksi kebakaran, alarm manual harus dihubungkan dengan panel sentral, yang ditempatkan pada ruangan dimana di dalam ruangan tersebut senantiasa ada karyawan yang berjaga misalkan di ruang kontrol gedung atau pos pemadam kebakaran.
Pengujian secara regular harus dilakukan terhadap sistem deteksi ini untuk memastikan bahwa alarm dan detektor berfungsi dengan baik pada saat nantinya dibutuhkan.

Alat Pemadam Api Ringan
Alat Pemadan Api Ringan atau yang biasa disebut dengan APAR merupakan pertahanan pertama bila terjadi kebakaran. Sedangkan menurut NFPA (National Fire Protection Association) definisi dari APAR itu sendiri adalah peralatan portabel yang dapat dibawa dengan tangan atau beroda dan dioperasikan dengan tangan, berisi bahan pemadam yang dapat disemprotkan oleh tekanan dengan tujuan memadamkan api kebakaran.
Media pemadam dalam APAR itu sendiri dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan kelas kebakaran, yaitu:
• Kimia kering / Dry Chemical
Media yang digunakan dalam APAR ini adalah partikel-partikel kimia yang mencakup sodium bikarbonat, potassium bikarbonat, potassium bikarbonat berbahan dasar urea, potassium klorida atau mono kromonium fosfat yang dicampur secara khusus sehingga dapat menyerap panas. Cara kerja dari pemadam ini adalah dengan merusak reaksi kimia pembakaran dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan bahan yang terbakar. Untuk jenis dapat digunakan untuk kelas kebakaran A, B maupun C.
• Foam
AFFF atau Aqueous Film Forming Foamadalah campuran busa yang dilarutkan dalam air, berfungsi sebagai penghalang tercampurnya udara dengan uap bahan bakar dengan cara membentuk lapisan film hidrokarbon pada permukaan bahan bakar untuk menekan timbulnya uap bahan bakar. Biasanya digunakan untuk jenis kelas kebakaran D.
• Halon
Media ini merupakan senyawa gas hidrokarbon yang salah satu atau lebih gugus hidrogennya diganti dengan atom halogen atau atom bromine. Sifatnya stabil. Cara kerja dari jenis pemadam ini adalah dengan mengikat oksigen, sehingga memutus rantai reaksi kimia pada proses pembakaran. Biasanya digunakan untuk memadamkan jenis kelas kebakaran C. Namun saat ini sudaj jarang digunakan karena mempunyai efek samping terhadap ozon.
• Karbondioksida (CO2)
Media yang digunakan dalam APAR ini adalah gas CO2. Cara kerja dari pemadam jenis ini adalah dengan menyingkirkan oksigen dari area kebakaran dan memisahkannya dari bahan bakar, karena CO2 lebih berat dibandingkan dengan oksigen. Karena gas CO2 tersimpan dalam fasa cair dengan tekanan tinggi, maka suhunya pun sangat rendah (dibawah -78ºC), sehingga pemadamannya juga dilakukan dengan metode pendinginan. Media ini biasanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas C.
• Air
APAR yang berisi air biasanya berwarna perak. Isi apar ini adalah air murni yang disimpan dalam sebuah tabung bertekanan. Untuk jenis pemadam ini biasanya digunakan hanya untuk jenis kebakaran kelas A saja.
• Powder / Bubuk Kelas D
Bahan powder ini khusus digunakan untuk kelas kebakaran D atau kebakaran yang melibatkan bahan dasar logam. Bahan dari powder ini adalah campuran antara sodium klorid dan material thermoplastik.
• Kimia basah / Wet Chemical
Pemadam jenis kimia basah merupakan campuran berbahan dasar potassium asetat yang digunakan untuk memadamkan bahan yang digunakan dalam proses memasak. Cara kerja dari jenis pemadam ini adalah dengan mendinginkan bahan yang terbakar dan membentuk lapisan yang memisahkan antara api dan udara.

Tabung APAR terbagi atas beberapa jenis, yaitu:

• Tabung bertekanan / Stored Pressure
Dalam tabung ini terdapat gas bertekanan yang berfungsi sebagai pendorong media pemadam (Nitrogen, C02, atau jenis gas lainnya) pada saat tuas tabung ditekan. Ciri utama dari tabung ini yaitu adanya penunjuk tekanan (pressure gauge) pada bagian atas tabung. Bila jarum menunjukkan area hijau maka tekanan dalam tabung tersebut masih dalam keadaan baik.
• Tipe Cartridge
Ciri-ciri dari tabung ini adalah adanya tabung kecil / catridge yang berisi gas penekan yang terletak di bagian bawah tuas. Pada saat akan digunakan maka tuas tabung harus dipukul terlebih dahulu agar jarum yang ada pada bagian bawah tuas melubangi catridge, sehingga gas akan keluar dan mengisi seluruh tabung. Gas inilah yang akan menjadi pendorong untuk media pemadam yang ada di dalam tabung tersebut.


Hydrant

Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air, secara sistemnya tidak berbeda dengan sistem pompa air yang ada dirumah, dimana terdiri atas:
1. Tempat penyimpanan air (Reservoir)
2. Sistem distribusi
3. Sistem pompa hydrant

Berikut akan dijelaskan masing-masing dari system tersebut:

1. Tempat penyimpanan air (Reservoir)
Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan digunakan dalam proses pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tanki ataupun beberapa tangki yang terhubung satu dengan yang lainnya. Reservoir ini bisa berada di atas tanah maupun dalam tanah. Dan harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat menampung air untuk supply air hydrant selama minimal 30 menit penggunaan hydrant dengan kapasitas minimum pompa 500 galon per menit.
Selain itu reservoir juga harus dilengkapi dengan mekanisme pengisian kembali dari sumber-sumber air yang dapat diandalkan untuk menjaga level air yang tersedia dalam reservoir. Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang dihubungan dengan sumber air yang dapat diandalkan misalnya dengan air tanah, air sungai, dll.
2. Sistem Distribusi
Untuk mendukung proses dan sistem kerja hydrant, diperlukan sistem distribusi yang menggunakan pipa untuk menghubungkan sumber air hingga ke titik selang hydrant. Dalam perancangan jaringan pipa hydrant, yang terbaik adalah menggunakan system jaringan interkoneksi tertutup contohnya sistem ring atau O. Sistem ini memberikan beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai berikut:
o Air tetap dapat didistribusikan ke titik hydrant walaupun salah satu area pipa mengalami kerusakan.
o Semburan air hydrant lebih stabil, meskipun seluruh titik hydrant dibuka.

Sistem pipa utama (primary feeders) dari hydarant biasanya berukuran 12-16 inch. Pipa sambungan ke dua (secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 inch. Sedangkan untuk cabang pipa biasanya berukuran 4.5-6 inch. Pada ujung pipa hydrant tersambung dengan pilar hydrant. Disamping pilar hydrant terpasang box yang digunakan untuk menyimpan selang hydrant (hose). Selang ini terbuat dari bahan kanvas yang panjangnya berkisar 20-30 meter.

Untuk mendukung supply air hydrant, dibuatlah suatu sambungan pipa yang berinterkoneksi dengan sistem pipa hydrant yang disebut sambungan Siamese. Sambungan ini terdiri dari satu / dua sambungan pipa yang fungsinya adalah untuk memberikan supply air tambahan pada sistem hydrant. Sambungan ini sangat berguna bagi petugas pemadam kebakaran untuk memberikan supply air tambahan melalui mobil pemadam kebakaran atau sistem pilar hydrant umum.


3. Sistem pompa hydrant
Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit pompa. Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat menghidupkan serta mematikan keseluruhan system dan juga untuk mengetahui status dan kondisi pompa. Motor penggerak pompa merupakan sistem mekanik elektrik yang mengaktifkan pompa untuk menyedot dan menyemburkan air.
Unit pompa untuk hydrant biasanya terdiri dari:
o Pompa Generator
Digunakan sebagai sumber tenaga cadangan pada saat listrik mati
o Pompa Utama
Digunakan sebagai penggerak utama untuk menyedot air dari sumber ke titik hydrant
o Pompa Jockey
Digunakan untuk mempertahankan tekanan air pada sistem hydrant

Tipe Sistem Stand Pipe Untuk Hidran
 Automatic-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.
 Automatic-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan membuka suatu hose value.
- Menghemat kerja pompa
- Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi, sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran.
 Semi Automatic-Dry
Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan sistem.
 Manual-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem. Suplai air sistem diperoleh dari fire department pumper.
 Manual-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department connection.

SPRINKLER

Sistem ini bekerja secara otomatis untuk mendeteksi adanya kebakaran, mengaktifkan alarm, dan melakukan pemadaman kebakaran. Sistem ini terdiri dari beberapa pipa gantung yang dilengkapi dengan head sprinkler. Masing-masing dari head sprinkler ditutup oleh sekat yang berupa tabung gelas dimana di dalamnya terdapat cairan yang peka terhadap panas. Bila temperatur di dalam ruangan meningkat melebihi batas toleransi yang ditetapkan maka cairan tersebut akan memuai dan memecahkan tabung gelas tersebut dan air akan keluar dari pipa. Keuntungan dari sistem ini yaitu hanya beroperasi di daerah yang terjadi kebakaran dan dengan cepat dapat memadamkan api sekaligus melindungi struktur dan isi bangunan dengan efektif.
Sistem ini terhubung dengan reservoir, sistem pompa kebakaran, dan sistem alarm. Tiap-tiap head sprinkler beroperasi secara sendiri-sendiri, sehingga bila terjadi kebakaran di suatu tempat maka hanya head sprinkler yang berada dalam area kebakaran saja yang bekerja, sedangkan yang lain tidak. Sehingga supply air bisa dimanfaatkan secara optimal ke wilayah yang memerlukan.
Sistem ini jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan sistem hydrant. Air semburan dari hydrant cenderung membasahi seluruh ruangan (termasuk daerah yang tidak terbakar). Kemudian hydrant menggunakan air dengan debit yang jauh lebih banyak dan dalam operasionalnya dapat menimbulkan efek water damage yang lebih besar dari sprinkler. Sebuah studi menunjukkan bahwa bangunan yang dilindungi dengan sprinkler 76 % diantaranya dapat dipadamkan dengan 5 head sprinkler yang aktif atau kurang, dan 96% dengan aktifnya 25 head sprinkler atau kurang

Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan pemompaan lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa definisi mengenai komponen sistem di antaranya:
- Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara langsung atau melalui riser
- Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik secara langsung atau melalui riser
- Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa pembagi, baik secara langsung atau melalui riser
Jenis Sistem Sprinkler
Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat adanya panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
 Dry Pipe System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe valve. Dengan demikian air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan keluar dari kepala sprinkler yang terbuka.
 Wet Pipe System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan ke suplai air (water supply). Dengan demikian air akan segera keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas dari api.
 Deluge System
Adalah sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air melalui suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang ada.
 Preaction System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprikler otomatis yang disambungkan pada suatu sistem perpipaan yang mengandung udara, baik yang bertekanan atau tidak, melalui suatu sistem deteksi tambahan yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Pengaktifan sistem deteksi akan membuka suatu valve yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka.
 Combined Dry Pipe-Preaction
Adalah sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir pipa suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti sistem wet pipe. Jika peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti sistem dry pipe.

Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode aktivasi pengiriman air.
- Dalam versi “fusible element”, panas mencairkan stopper metal yang menyumbat lubang pengiriman air.
- Dalam versi “bulb”, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam bohlam kaca(glass bulb), sampai bulb pecah.

fusible element type bulb type

Penyediaan Air dan Pompa untuk Sistem Sprinkler
Penyediaan air dari sistem sprinkler dapat diperoleh dari:
 Sistem air PAM, jika tekanan dan kapasitas memenuhi sistem yang direncanakan
 Pompa kebakaran otomatis yang dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi keperluan disain hidrolis
 Bejana tekan
 Tangki gravitasi
Jumlah air minimum untuk keperluan kebakaran bagi hunian bahaya kebakaran ringan adalah 500-750 gpm, untuk waktu pengoperasian selama 30-60 menit.
Pompa yang digunakan harus yang bekerja otomatis jika terjadi kebakaran. Selain itu digunakan juga Jockey Pump untuk mengatasi kekurangan tekanan dan flow jika kurang dari jumlah yang seharusnya agar tetap konstan.
Apabila cadangan air untuk pencegahan kebakaran dalam reservoir habis atau pompa yang disediakan tidak bekerja maka air disuplai dari ruas pemadam kebakaran dengan menghubungkan selang pemadam kebakaran pada fire department connection
Sumber : Safety Guide Book
ISBN. 979 - 154 - 320 – 8

Hak Cipta dilindung undang-undang

Penyusun :
• Haryo Wisaksono
• Triana Rahayu

http://www.asuransi.astra.co.id/index.php?page=news.read&id=79&mod=2&1229929028

0 Comment:

Post a Comment